Kamis, 17 Maret 2011

Puskesmas Potensial Jaring Kasus Hepatitis Lebih Dini.



Pusat kesehatan masyarakat sebagai pemberi layanan kesehatan primer berpotensi besar menjaring kasus hepatitis C lebih dini. Deteksi dini penting, jika penyakit berkembang menjadi pengerasan hati dan kanker, penanganan akan sulit dan mahal. Transplantasi hati biayanya ratusan juta hingga miliaran rupiah.
Hal itu terungkap dalam Program Pelatihan Manajemen Hepatitis C yang diikuti dokter umum dan spesialis penyakit dalam, Selasa (15/3). Kegiatan itu diselenggarakan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI), dan Indonesian Association for The Study of The Liver.
Kalau hepatitis B pada orang dewasa 95 persen tidak berkembang menjadi parah, sebaliknya hanya sekitar 20 persen penderita hepatitis C yang sembuh. Virus penyebab hepatitis C menular melalui darah, yaitu lewat transfusi dan pemakaian jarum atau alat medis lain tidak steril.
Ahli hepatologi, Prof Ali Sulaiman, mengatakan, sekitar 90 persen orang terinfeksi hepatitis C tidak terdeteksi karena tidak ada gejala. Tanpa sadar, mereka menularkan penyakit kepada orang lain. Umumnya, hepatitis C diketahui secara kebetulan saat cek kesehatan atau menjadi donor darah.
Ketua Umum PPHI Unggul Budihusodo mengatakan, penanganan sedini mungkin menjadi sangat penting. Dokter di layanan primer, seperti puskesmas, diharapkan mampu mengenali hepatitis C dan mengetahui saat tepat untuk merujuk pasien ke dokter spesialis. ”Pelatihan ini merupakan bagian dari upaya mendidik dokter untuk mengelola hepatitis C,” kata Unggul.
Di puskesmas dapat digunakan semacam pita deteksi (dipstick test) dengan biaya Rp 10.000 guna mengetahui hepatitis C. ”Di Jakarta, jika ada program penapisan (screening) di puskesmas dan rumah sakit umum, diperkirakan dapat terjaring 15.000 kasus hepatitis C per bulan,” kata Ali Sulaiman.
Di Indonesia, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, perkiraan jumlah kasus hepatitis C ada 0,8 persen dari jumlah penduduk. Kasus tertinggi terjadi pada kelompok usia 55-59 tahun, yaitu sebesar 2,12 persen.
REI.//

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger

JUS BUAH DELIMA HINDARI KANKER PROSTAD

Buah delima atau pomegranate kini mulai banyak dijual dan dikemas dalam botol sebagai minuman. Selain kaya vitamin c, buah yang satu ini juga memiliki kemampuan melawan sel-sel kanker prostat yang menyerang lelaki. Jus buah delima telah dibuktikan oleh ilmuwan dari University of California untuk meningkatkan kesehatan para penderita kanker prostat dan obat alami untuk mencegah kanker prostat. Manuela martins dan koleganya menyebutkan bahwa jus buah delima menyebabkan sel-sel prostat testosteron bermetastasis. Ketika sel delima disuntikkan, terjadi peningkatan adhesi (tarik-menarik antarsel) sel-sel kanker. Itu tandanya sel tersebut lebih sedikit memisahkan diri dan membuat mereka cenderung kurang menyebar dan melakukan migrasi sel di dalam tubuh. Selain itu, jus delima juga menghambat terbentuknya tumor baru karena menghambat fungsi protein sel. Dengan demikian, jus ini memiliki potensi mencegah metastasis sel kanker prostat ke tulang. Menurut para peneliti, ada empat bahan aktif dalam jus delima yang memiliki molekul guna memerangi sel kanker diantaranya phenylpropanoids, asam hydrobenzoic, flavon dan asam lemak terkonjugasi. "Karena gen dan protein yang terlibat dalam gerakan sel kanker prostat pada dasarnya sama dengan mereka yang terlibat dalam pergerakan jenis lain sel-sel kanker, komponen dapat dimodifikasi sehingga memiliki dampak yang lebih luas dalam pengobatan kanker," harap martin. Memang sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit kanker prostat. Biasanya, para penderita hanya dirawat dengan pembedahan atau radiasi testosteron.//REI. Sumber : Sehat news.komp. Editor : Rei BL